Jumat, 31 Januari 2014

Wayang Golek



Wayang adalah seni tradisional yang ada di Indonesia yang sangat popular , terutama di Pulau jawa dan Bali.Bentuk kesenian wayang ini berbentuk teater rakyat dan biasanya ceritanya bersumber dari cerita Mahabrata dan Ramayana. Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah Tanah Pasundan Di Jawa Barat, selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna, sebagai kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek bermakna boneka kayu.
Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabrata dengan menggunakan Bahasa Sunda dengan iringan gamelan sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang goong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut;
Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
  1. Babak unjal, paseban, dan bebegalan
  2. Nagara sejen
  3. Patepah
  4. Perang gagal
  5. Panakawan/goro-goro
  6. Perang kembang
  7. Perang raket
  8. Tutug

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat (ruwat), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:
  1. Wunggal (anak tunggal)
  2. Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia)
  3. Suramba (empat orang putra)
  4. Surambi (empat orang putri)
  5. Pandawa (lima putra)
  6. Pandawi (lima putri)
  7. Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)
  8. Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya. 

Jenis-jenis Wayang Golek

Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern.

Golongan Utama Dalam Wayang Golek :
Bagaimana wayang golek itu divisualisasikan dalam bentuk atau raut, secara garis besar dikelompokkan dalam empat golongan utama yaitu

1. Satria

Bentuk tubuh golek golongan satria ini menggambarkan keluwesan, ketenangan dan kelemahlembutan, dengan tetap tidak menghilangkan unsur kegagahan dan kecerdasannya. Golongan ini memiliki bentuk mata sipit, alis tipis, dan hidung cenderung kecil dan tidak memiliki kumis. Tokohnya seperti Rama, Samiaji, Nakula, Sadewa.
“Sri Rama beristerikan Dewi Shinta, setelah memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili (Mithiladiraja).”



2. Ponggawa

Golongan golek ini digambarkan sebagai tentara yang ditampilkan dengan bentuk tubuh yang tegap, tegas, dengan mata besar, alis tebal, berkumis, hidung mancung. Tokoh-tokohnya antara lain Gatotkaca, Bima, Duryudana.
“Gatotkaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabharata. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi.
Dia memiliki jiwa seni yang tinggi, pembuat arca, patung-patung dari batu.”


3. Buta

Buta atau disebut juga raksasa memiliki bentuk tubuh tinggi besar, mata melotot, alis tebal, hidung besar dan bertaring atas bawah. Tokoh golongan ini yang terkenal adalah Rahwana.
“Prabu Rahwana, atau Prabu Dasamuka, adalah raja dari Kerajaan Alengkadirja. Ia menculik istri Batara Rama, yaitu Dewi Sinta”



4. Panakawan

Golongan golek ini digambarkan sebagai tokoh yang kocak dan jenaka. Banyak golek ciptaan baru yang digolongkan dalam golek panakawan.
“Cepot alias Sastrajingga Wataknya humoris, suka banyol ngabodor. Kendati begitu, lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.”


Kubu Pandawa terdiri dari lima tokoh, karena itulah sering disebut Pandawa lima. Para Pandawa itu adalah :

1. Yudistira

Atau Puntadewa adalah raja negara Amarta atau Indrapasta. Setelah perang Baratayuda, menjadi raja Astina yang bergelar Prabu Kalimataya. Sifatnya: jujur, sabar, hatinya suci, berbudi luhur, suka menolong sesama, mencintai orang tua serta melindungi saudara-saudaranya.

2. Bima

Bima juga dikenal dengan nama Bratasena. Ia juga disebud Bayu Suta karena dianggap sebagai putra dari Dewa Angin. Arti nama Bima adalah setia pada satu sikap, tak pernah mendua dan tak suka berbasa-basi.

3. Arjuna

Arjuna adalah ksatria yang sakti mandraguna, kekasih para Dewa. Ia adalah titisan Dewa Wisnu.
Ia dijuluki lelananging jagad, parasnya sangat tampan dan tidak ada tandingannya. Sifatnya: Suka menolong sesama, gemar bertapa, cerdik dan pandai, ahli dibidang kebudayaan dan kesenian dan berjiwa ksatria. Tetapi ada kelemahan yang tidak boleh diteladani dan diterapkan pada jaman sekarang yaitu beristri banyak.

4. Nakula

Adalah saudara kembar Sadewa. Nakula seorang ahli dalam bidang Pertanian.

5. Sadewa

Ia dilahirkan kembar dengan Nakula. Setelah perang Baratayuda, Sadewa menjadi raja dengan Nakula di Mandraka. Sadewa adalah ahli dalam bidang peternakan.

Kurawa

Kurawa merupakan kelompok antagonis dalam cerita Mahabharata. Jumlah mereka ada seratus, tetapi dua karakter utamanya adalah Duryodana dan Dursasana.

1. Duryodana

Ia merupakan putra tertua di kelompok Kurawa. Duryodana digambarkan sangat licik dan kejam. Meski berwatak jujur, ia mudah terpengaruh hasutan karena kedunguannya serta terbiasa dimanja oleh orangtuanya.

2. Dursasana

Ia adalah salah seorang Kurawa yang cukup terkenal. Badannya gagah, mulutnya lebar dan mempunyai sifat sombong, suka bertindak sewenang-wenang, menggoda wanita dan senang menghina orang lain.
Ramayana
Cerita Ramayana adalah sebuah cerita kepahlawanan. Tokoh utamanya, Rama, seorang pewaris tahta Kerajaan Kosala. Tetapi, ia lebih memilih untuk hidup di hutan bersama istrinya, Sita dan adiknya, Laksamana. Ketika tinggal di hutan, Rama harus menghadapi raksasa bernama Rahwana yang menculik istrinya.

Fungsi Pertunjukan Wayang :

Dalam catatan sejarah kemunculan wayang golek semasa Kerajaan Pajajaran, wayang golek berfungsi untuk upacara ritual yaitu untuk ruwatan dan untuk hiburan.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.
Wayang golek juga lazim dipentaskan dalam perayaan khusus seperti khitanan, perkawinan, perayaan karawitan, hari-hari besar, dan penyambutan tamu-tamu Negara.

Cara Membuat Wayang :

Bahan

1. Kayu
Jenis kayu lame dan albasia adalah yang terbaik karena jenis ini ringan, mudah dibentuk atau dipahat serta tahan lama terhadap pengaruh cuaca.
2. Pewarna
Pewarna yang digunakan adalah cat kayu yang berwarna cerah dan mudah kering.
Bahan pewarna yang kini banyak digunakan adalah cat duko (cat untuk mobil). Cat duko lebih menguntungkan dari segi penampilan golek sebab warna golek menjadi lebih cerah. Selain itu, cat duko lebih mudah kering dibandingkan cat kayu.
3. Tuding
Tuding digunakan sebagai pegangan dalang pada saat memainkan golek, yaitu alat untuk menggerakkan bagian tangan golek dan untuk menancapkan golek di atas alas gebok/dudukan golek. Tuding biasanya terbuat dari bambu.
5. Bahan untuk hiasan kepala dan pakaian
Biasanya terbuat dari bahan kain.
Proses Pembuatan
Wayang golek dibentuk dengan cara diraut dan diukir. Setelah itu didempul. Sebelum diwarnai, diberi arsiran dulu untuk menentukan bagian mana akan diberi warna apa. Sementara pada bagian hiasannya, dibuat dengan cara dipulas.
Cara Memainkan
Pementasan wayang pada mulanya hanya dilakukan malam hari. Hal ini berkaitan dengan sifat pementasan wayang yang menitikberatkan tampilan bayangan pada kelir. Baru pada abad ke-16, pertunjukan diadakan pula pada siang hari. Wayang yang dipertontonkan memiliki bentuk trimatra, berupa boneka kayu, yang disebut golek.
Pertunjukan wayang golek biasanya di tempat terbuka dengan memakai panggung yang ditinggikan (balandongan) sehingga penonton dapat melihat satu arah dan berkonsentrasi pada pertunjukannya.
Pada abad ke-19 pementasan wayang golek mulai menggunakan bahasa Sunda. Lakon-lakon wayang golek memiliki lakon galur dan carangan yang semuanya bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Pembawa cerita yaitu dalang, berperan sekaligus sebagai pemimpin pertunjukan sekaligus menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, lagu, dan lain-lain.
Khas Wayang Golek

Daya tarik wayang golek adalah bentuknya yang tidak monoton, baik bagi konsumen (pembeli) maupun bagi pembuatnya. Wayang golek dirancang sedemikian rupa untuk menarik konsumen dan bagus ketika dipajang di galeri. Sementara pembuat wayang golek termotivasi untuk berkreasi misalnya mereka bebas memberi warna pada berbagai karakter wayang golek yang mereka buat, tentunya dengan persetujuan pemilik pabrik wayang golek di mana mereka bekerja. Ini membuat pengrajin wayang golek bisa memnciptakan aneka tampilan wayang golek, sehingga wayang golek ada yang terlihat antik, natural, maupun yang berwarna emas.


Dikutip : Dari Berbagai Sumber 

Kamis, 30 Januari 2014

Degung Sunda

Degung atau Gamelan merupakan sekelompok waditra dengan cara membunyikan alatnya kebanyakan dipukul. Istilah “degung” memiliki dua pengertian:

1 . Degung sebagai nama seperangkat gamelan yang digunakan oleh masyarakat Sunda, yakni gamelan-degung. Gamelan ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan gamelan pelog-salendro, baik dari jenis instrumennya, lagu-lagunya, teknik memainkannya, maupun konteks sosialnya;

2 . Degung sebagai nama laras(tangga nada) yang merupakan bagian dari laras salendro berdasarkan teori 
R. Machjar Angga Koesoemahdinata. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara(tumbuk nada mi (2) dan la (5)) dan degung triswara (tumbuk nada da (1), na (3), dan ti(4)). Karena perbedaan inilah maka Degung dimaklumi sebagai musik yang khas dan merupakan identitas masyarakat Sunda.

Pada mulanya Degung berupa nama waditra berbentuk 6 buah gong kecil, biasanya digantungkan pada “kakanco” atau rancak/ancak. Waditra ini biasa disebut pula “bende renteng” atau “jenglong gayor”.

Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda. Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke-18/awal abad ke-19. Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java (1934) mencatat bahwa degung terdapat di Bandung (5 perangkat),Sumedang (3 perangkat), Cianjur (1 perangkat), Ciamis (1 perangkat), Kasepuhan (1 perangkat), Kanoman (1 perangkat), Darmaraja (1 perangkat), Banjar (1 perangkat), dan Singaparna (1 perangkat).
Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, Yaitu Kerajaan Galuh misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung.
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata “degung” berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah “degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "De gong" (gamelan, bahasa Belanda) dalam kamus ini mengandung pengertian “penclon-penclon yang digantung”.
Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata (Pangeran Kornel), bupati Sumedang (1791--1828).

Gamelan Degung sendiri terdiri atas tujuh waditra pokok, yaitu:

1 . Bonang
2 . Saron Panerus (Penerus)
3 . Saron Cempres
4 . Jenglong
5 . Goong
6 . Kendang dan Kulanter
7 . Suling Degung (lubang 4)

Istilah waditra khususnya dalam degung dan umumnya dalam Karawitan Sunda adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan berkesenian. Istilah dalam musik “instrumen”.
a.    Bonang, terdiri dari 14 penclon dalam ancaknya. Berderet mulai dari nada mi alit sampai nada La ageng
b.    Saron/Cempres, terdiri dari 14 wilah. Berderet dari nada mi alit sampai dengan La rendah.
c.    Panerus, bentuk dan jumlah nada sama dengan saron/cempres, hanya berbeda dalam oktafnya.
d.    Jengglong terdiri dari enam buah. Penempatannya ada yang digantung dan ada pula yang disimpan seperti penempatan kenong pada gamelan pelog.
e.    Suling, suling yang dipergunakan biasanya suling berlubang empat.
f.     Kendang, terdiri dari satu buah kendang besar dan dua buah kendang kecil (kulanter). Teknis pukulan kendang asalnya dipukul/ditakol dengan mempergunakan pemukul. Dalam perkembangannya sekarang kendang pada gamelan degung sama saja dengan kendang pada gamelan salendro-pelog.
g.    Gong, pada mulanya hanya satu gong besar saja, kemudian sekarang memakai kempul, seperti yang digunakan pada gamelan pelog-salendro.
Keseluruhan waditra tersebut, kecuali suling, dimainkan dengan cara dipukul, sedangkan suling dimainkan dengan cara ditiup. Sedangkan tahun 1964, waditra gamelan degung mengalami penambahan, yaitu dilengkapi dengan waditra Gambang, sau buah Saron dan kadang-kadang Rebab.Para tokoh seniman penggarap degung diantaranya: Mang Oyo, Mang Idi, Mang Tarya, E Carmedi, Sukanda art, Kusstiara, dll. 

Fungsi Waditra

Untuk mengetahui fungsi waditra dalam gamelan degung, harus dibagi dahulu bentuk lagu yang dibawakan. Bentuk lagu yang terdapat pada gamelan degung terdiri dari dua bagian besar, yaitu: Lagu-lagu Kemprangan dan Lagu-lagu Gumekan . 
Lagu kemprangan tiada bedanya dengan bentuk Rerenggongan pada gamelan salendro. Biasanya lagu yang dibawakan berirama satu wilet atau keringan, misalnya lagu Jipang Lontang, Gambir Sawit, Kulu-Kulu, catrik dan lain-lain. Pada dasarnya posisi tabuh sama dengan posisi pada gamelan salendro.
Fungsi waditra pada lagu kemprangan ini adalah sebagai berikut:
·     Jengglong    = balunganing gending
·     Suling          = pembawa melodi
·     Kendang      = pengatur irama
·     Saron          = lilitan melodi
·     Bonang        = lilitan balunganing gending
·     Gong           = paganteb wilet

Gumekan sebenarnya nama teknis tabuhan, tetapi di sini bisa diartikan pula sebagai bentuk lagu degung yang khas dalam lagu-lagu ageng. Fungsi waditra pada gumekan sangat berbeda sekali dengan gending-gending lainnya, terutama dalam pembawa melodi lagu.
Fungsi waditra dalam lagu/gending ageng tabuh gumekan:
·     Bonang                        = pembawa melodi
·     Suling                          = lilitan melodi
·     Saron/Cempres            = lilitan melodi
·     Panerus                       = cantus firmus
·     Jengglong                    = balunganing gending
·     Gong                           = panganteb wiletan

Teknik/Motif Tabuhan pada Gamelan Degung

Waditra Bonang baik pada lagu-lagu bentuk kemprangan maupun bentuk “Gumekan” memerlukan kedua belah tangan yang dalam menabuhnya antara tangan kanan dan kiri ada yang bersamaan baik swarantara gembyang, kempyung dan Adu laras, bergantian (Sunda, Patembalan) sesuai notasi.
Untuk waditra berwilah pada Degung diperlukan teknik tengkepan yaitu tangan yang satu memukul tepat ditengah wilah panakol tegak dan tangan lainnya “nengkep” (memegang waditra untuk mengurangi efek tabuhan sehingga gelombang nadanya tidak menjadi panjang). Sedangkan waditra Jengglong yang menggunakan dua buah pemukul mempunyai ketentuan yaitu tangan kanan untuk nada: 1, 3, 5 alit dan tangan kiri untuk nada: 1, 4, 5
Waditra Kendang dan Suling disesuaikan dengan teknik masing-masing waditra dan kebutuhan.

Kemprangan

Kemprangan adalah cara membunyikan bonang antara tangan kiri dan kanan berjarak satu gembyang, nada gembyang ditabuh bersahut-sahutan.

Nama-nama Gending Degung

Gending-gending degung kemprangan dalam beberapa hal tidak ada bedanya dengan gamelan salendro, tetapi mempunyai kekhususan tertentu dalam lagunya, yaitu lagu-lagu yang jarang dipergunakan dalam gamelan salendro. Lagu-lagunya antara lain; Jipang Lontang, Jipang Prawa, Catrik, Gambir Sawit, Kulu-Kulu, Puspajala, Kunang-Kunang, Paron, dan lain-lain.
Dalam bentuk gumekan, lagu-lagunya antara lain: Palwa, Manintin, Sang bango, ladrak, Lalayaran, Ayun Ambing, Sunda Mekar, Kadewan, Pajajaran dan sebagainya.

Pada awalnya musik ini untuk acara keagamaan, tetapi sekarang digunakan untuk mengiringi sendratari, mengiringi gending karesmen (nyanyian resmi), dan sarana hiburan. Keberadaannya telah di kenal sejak zaman Pakuan Pajajaran.





Di kutip : Dari Berbagai sumbaer.

Rabu, 29 Januari 2014

Cara Bikin Umpan / Eupan Ikan (Lauk) emas

Mancing atanapi nguseup keur sabagian orang mangrupa keun salah sahiji hobi atanapi kaseunanga, anu bisa di jadikeun pelepas rasa stress.di dieu abdi bade nuliskeun cara nnyieun eupan kanggo lauk emas .

Cara nyieun eupan kanggo lauk emas :

1 . tingal heula warna caina, lamun caina warna na hejo berarti eupana kudu rada hanyir.
2 . Lamun caina warna rada coklat berarti eupana teu kedah hanyir-hanyir teuing (meujeuhna).

Bahan-Bahan Eupan Lauk emas (kilo gebrus) Kanggo cai anu hejo:

1 . Deho, dehona rada seueuran
2 . Enog puyuh 6
3 . Kroto 5rebueun
4 . Nan / Atang / Neneng
5 . Kue Klik 2 biji
6 . Serbuk salmon

Di campurkeun sadayana, omat krotona kedah di keueuman heula ku cai panas ameh teu haseum.

Bahan - Bahan eupan lauk emas (kilo gebrus) kanggo cai anu coklat :

1 . Deho 2 rebueun
2 . Enog asin 1
3 . Kroto 5 rebueun
4 . Nan 1
5 . Coan 1, tapi pakena satengah wae
6 . Serbuk nila hiji
7 . Keju sacukupna
8 . Minyak penyu

Cara ngadamel namah sami sapertos anu di luhur.

Catetan :

Mun abdimah nganggo eupana

1 . Deho 3rb
2 . Enog puyuh 6
3 . Kroto 5rb
4 . Salmon atah
5 . Klik 2 lembar
6 . Neneng
7 . Susu bubuk
8 . Keju

Cara-cara na :

bahan di campur teras di lebet keun kan plastik. trus di seupan. di seupana tong lami teuing bisi beuye.


Mangga cobian.

Resep mang Komeng.

Minggu, 26 Januari 2014

Contoh Saweran Sunatan

Di sunat atau khitanan atau dalam Bahasa Sunda di sebut KARIAAN, bagi laki-laki terutama bagi yang beragama islam sunatan itu sangat dianjurkan karena bertujuan untuk menjaga kesehatan kelamin.Dalam adat kebiasaan masyarakat sunda pada jaman dulu berkhitan atau sunatan biasa nya di sunat di lakukan oleh bengkong atau paraji sunat ( dukun sunat ), tetapi sekarang kebanyakan di lakukan oleh dokter atau mantri. Nah yang akan saya kupas yaitu tentang saweran panganten sunat. Sama halnya seperti pengantin (pernikahan) dalam upacara sunatan juga suka di adakan acara saweran. Dan berikut beberapa contoh teks saweran sunat :

Contoh Teks Sawer Pengantin Sunat  1 :

Bismilahirohman nirohim
Asalamualaikum  wrwb
Para Bapa miwah para ibu parawargi sadaya
Ieu sim kuring bade nambut waktos sakedap
kanggo acara sawer 
Atuh sateuacana simkuring muka tutungkusan 
kanggo sawer budaya sunda ieu
Langkung ti payun boh bilih janggal basana
Atanapi ngaraheutkeun kana manah para bapa miwah para ibu
Parawargi sadaya dumeh simkuring sanes ahlina 
Kana kasustraan sunda ieu mah mung maksakeun 
Ngedalkeun katineung abdi kanu kagungan maksad
Atanapi anu di salamet keun
Bismilahhhh damel wiwitan mugi gusti nangtayungaaaaaan 
kaujang nu di gusaran mugia kasalametaaaaaan
Nuasiiiiih di dunyana nunyaah di aheratna ti ka adi-adina 
Sareng ka kanca kancanaaaaa
Ampun amit ampun kanu kagungan lembur
Amit kanu kagungan bimi
Tabe kanu kagungan baleeee 
Maap ka juraganana anu calik jadi candoliiiiiii 
Neda agung nya paralun neda jembar panganpura
Kaluhur kasuna Ibu kahandap kasunan Rama
Rarepeh putra putri kuring arek ngawuruk, 
Di wurukmah kedah jeung santri 
Catet najero atiiiiiii sangkan ujang ngarti 
Apa bade mapatahan enjing bade digusaran
Kade lulumpatan bilih jadi pasendatan
Mun panyecep meunang loba tong di pake balaba...
Pake meli anak domba sangkan duit tambah lobaaaaa 
Tangtos jadi modal panjang kanggo pibekeleun ujang
Mun tos jadi Bujang pek peserkeun kana sinjang
Teuaya deui ngan kapaur inggis jadi pagiwur
Jeung batur jeng dulur kudu akurrrrrr
Jeng kudu daek istiarrrrr
Aral kuring pek petotkeunnnnnnnn

.................................................

Nyawer kuring geuning geus cape 
Ongkoh lamun papanjangan sok isin kunu ondangannnnnn
Tutut gunung keong reumaaaaaaa
Sumangga gekkkkk calikkkkkkkk
Mohon ma'af  bila ada penulisan kata yang kurang
Terima kasih sebelumnya untuk kritik dan komentarnya.





Contoh Teks Sawer pengantin Sunat 2 :


1.  Baeu kasep nu kuatan
hidep atos disepitan
teu aya kamadorotan
Bapa teh lain teu watir
asep raheut nyeri nyengir
ku asep meureun kapikir

2.  Lain ukur kagaliban
tapi misti kawajiban
ka Islaman nu ngauban
ujang teh keur cacarakan
korban getih nu nyakclakan
ridona sing bebeakan

3.  Nya rido ka nu Agung
poma pikir ulah bingung
boh bilih temahna linglung
baring supagina gering
kawas ayeuna anaking
bet henteu sapira geuning

4.  Ujang teh tos korban getih
jaga mah bet leuwih-leuwih
dimana manggih kasedih
hate teh masing beresih
tinangtu loba nu asih
repeh-rapih silih asih

5.  Korban getih enggeusna
jaga mah korban ku harta
ulah sok dipepenta
pakir miskin bagi rata
mangkade dibeda-beda
bisina jadi gogoda

6.  Ti ayeuna kudu wekel
nyiar kaweruh sing kekel
sagala cabak parigih
ilmu agama darigama
pangjurungna ibu rama
pacuan salah tarima

7.  Kahade kagembang goda
temahna ngabarobeda
si goreng minuhan dada
maparinan dua jalan
kahadean kasauran

8.  Mun mapay jalan nu salah
pinanggih jeung lanat Allah
nu matak ulah balangah
mun mapay jalan nu bener
pikiran tinangtu teger
hasilna salamet seger

9.  Seger pikir mawa janglar
keker henteu gampang udar
gumelarna manusa anu jembar
sing saha nu maha suci ati
kakasih nu maha suci
diasih bae ku Gusti

9.  Pangna ujang disepitan
hartina teh dituduhan
tuduhan hiji jalan
Rama teh nuduhkeun Islam
ku Ujang kudu kapaham
sarta kudu dilampahan

10.   Geuning disunatan nyeri
henteu ngeunah henteu nyari
napsu mah teu pati beuki
kapaksa bakti ka Gusti
da kitu tungtunan Nabi
ibadah masing gumati

11.   Tah kitu kapalay sepuh
sakabeh oge pituduh
lain jalan-jalan henteu puguh
tong was-was tong asa-asa
nya nyembah ka Nu Kawasa
lakonan sabisa-bisa

12.   Cangkurileung 3x
eunteup dina dahan cabe
apa melang ka si encep
teh apa melang
nineung soteh nyawer teh
sakitu bae

13.   Nyieun panggung nutup sumur
asupna tina gapura
neda agung cukup lumur
neda jembar pangampura

14.  Gapura di Malangnengah
ngaliwat bade ka imah
hampura ka nu lalenggah
mugia rarido manah




Conto Teks Sawér Pengantin sunat 3 :

Kasép ieu téh piwejang,
Poma tengetkeun ku Ujang
Masing éling sapapanjang,
Awon ulah katarajang.

Sing émut waktu dikandung,
Di guha garba nyalindung,
Salapan bukan dikandung
Dirajah ku lagu kidung.

Sabulan eukeur ngahérang,
Tilu bulan geus sampurna,
Genep bulan geus mangrupa,
Tujuh bulan hidep usik.

Nitih bali nincak jadi,
Nepi ka salapan bulan,
Nya gubrag hidep ka dunya,
Sang Ratu Guyubud Putih.

Ibu anu kahéséan,
Sabab boga kalakuan,
Jadi ibu katempuhan,
Malah rajeun kasusahan.

Peuting Ibu loba nyaring,
Sabab Ujang sok ngarungsing,
Duh poma teuing anaking,
Kanyaah ka Ibu cangking.

Mun Ujang kulem tibeurang,
Ibu tara betah nganjang,
Ku sabab ka ujang melang,
Ujang ka Ibu sing nalang.




Sabtu, 25 Januari 2014

Contoh - Contoh Teks Saweran Pengantin Sunda

Sawer yaitu mengrupakan Salah satu Warisan adat budaya sunda yang biasa di gelar dalam upacara pernikahan, sunatan, dan lain-lain, Sawér itu sendiri melambangkan bukti rasa syukur atau kebahagiaan. Dan tujuan nya yaitu untuk memberi pepatah kepada kedua mempelai kalau acara saweran nya acara sawer pengantin atau kepada anak yang telah di sunat bila acar saweran nya sawer sunatan. Biasanya sawer suka di hariringkeun ( di dendangkan ) biasanya oleh juru kawih. Setelah masyarakat Sunda mengenal agama islam, Upacara saweran masih di laksanakan namun di sesuaikan dengan aturan islam.
Berikut dibawah ini beberapa contoh teks Sawer Pengantin Sunda :

Contoh Teks Saweran Panganten 1 :

1. Bismillah damel wiwitan
Mugi Gusti nangtayungan
Eulis- Asép nu réndéngan
Mugia kasalametan

2. Salamet nu panganténan
Ulah aya kakirangan
Sing tiasa sasarengan
Sangkan jadi kasenangan

3. Sing senang laki rabina
Nu diwuruk pangpayunna
Nyaéta badé istrina
Masing dugi ka hartina

4. Hartikeun eulis ayeuna
Lebetkeun kana manahna
Manawi aya gunana
Nu dipamrih mangpaatna

5. Mangpaatna lahir batin
Eulis téh masing prihatin
Ayeuna aya nu mingpin
Ka carogé masing tigin

6. Tigin eulis kumawula
Ka raka ulah bahula
Bisi raka meunang bahla
Kudu bisa silih béla

7. Silih béla jeung carogé
Ulah ngan pelesir baé
Mending ogé boga gawé
Ngarah rapih unggal poé

8. Répéh rapih nu saimah
Rumah tangga tumaninah
Tapi lamun loba salah
Laki rabi moal genah

9. Bisi teu genah ku raka
Prak baé wakca balaka
Lamun raka goréng sangka
Buru bawa suka-suka

10. Suka-suka ti ayeuna
Da eulis atos laksana
Ngajodo anu sampurna
Ngahiji salalamina

11. Salamina saréng dulur
Eulis kudu bisa akur
Akuran ka unggal lembur
Sangkan jadi buah catur

12. Mun catur sing seueur bukur
Ulah ngan kalah ka saur
Napsuna ulah takabur
Hirup resep loba batur

13. Sareng batur kudu jujur
Layeut reujeung nu sakasur
Runtut raut salelembur
Nagara gé subur ma’mur

14. Subur ma’mur sauyunan
Mun aya tamu payunan
Tapi ulah timburuan
Boh bilih silih benduan

15. Ngabenduan ka carogé
Ngan ulah paséa baé
Énggal atuh geura hadé
Ambéh geugeut saban poé

16. Saban poé ulah lali
Titik rintih suci ati
Témbongkeun sing béar budi
Ciri nyaah ka salaki

17. Lalaki mun sok nyandung
Omat ulah waka pundung
Komo lamun bari bingung
Keun antep sina ngaberung

18. Ngaberung tong dihalangan
Asal cukup sandang pangan
Sina lilir ku sorangan
Sangkan panggih kasenangan

19. Senangkeun eulis pikiran
Pikiran didadasaran
Tukuh muntang ka Pangéran
Supaya meunang ganjaran

20. Ganjaran ti Maha Suci
Énggal atuh geura tampi
Ayeuna eulis ngahiji
Sakapeurih sakanyeri

21. Sakanyeri jeung salaki
Mun eulis seueur rejeki
Poma ulah sok kumaki
Masing tumut ka salaki

22. Tumutkeun eulis ayeuna
Ayeuna tos laksana
Laksana datang jodona
Haté bangblas lalugina

23. Lugina dunya ahérat
Gusti maparinan rahmat
Kana waktu ulah telat
Disarengan silih hormat

24. Silih hormat ka sasama
Sing nyaah ka ibu rama
Lakonan paréntah agama
Tangtuna hirup sugema

25. Sugema hirup di dunya
Nyaéta kudu tatanya
Rék nanya pék kanu enya
Badanna buru ditanya

26. Tanya baé ku haténa
Tah éta pikeun saksina
Saksi diri pribadina
Nu tara jalir jangjina

27. Mun jangji nu ngajadi
Éta jangji anu pasti
Pasti jodo ti ajali
Pikiran céngéng ka Gusti

28. Gusti mah teu weleh nyaksi
Nyaksi gerentesna ati
Ucap lampahna kasaksi
Satincak-tincakna ngarti

29. Hartikeun masing karaos
Ulah luas-luis léos
Sumawonna poporongos
Pilari jalan nu raos

30. Raoskeun jaga ku eulis
Eulis ulah sok gumeulis
Najan geulis baris ledis
Ninggang mangsa titis tulis

31. Titis tulis bagja diri
Patokan nu ti ajali
Kajeun siga widadari
Da moal beunang dibeuli

32. Dibeuli ku harta banda
Da moal bisa kajaga
Nu tangtu bakal ngaduda
Nyicingan di alam baka

33. Alam baka kalanggengan
Langgeng rasa ka Pangéran
Supaya ulah rayungan
Ngabogaan papacangan

34. Boga rasa kudu ngarti
Tata titi surti arti
Kudu silih beuli ati
Pikiran dadamelan Gusti

35. Gusti Allah nu kawasa
Ngayakeun dunya tiasa
Pepek eusi dunya rosa
Sayagi pikeun manusa

36. Manusia mahluk punjulna
Palinter pangabisana
Ngakalan eusi dunyana
Nu kantun tumarimana

37. Tumarima ka Pangéran
Tumutkeun kana dawuhan
Qur’an hadis tuduh jalan
Ti para Nabi panutan

38. Panutan urang sadaya
Poma ulah rék cangcaya
Sadaya kudu percaya
Ka Gusti Allah nu Mulya

39. Mulyana nu Maha Agung
Sing saha baé ditulung
Ku bumi alam dijungjung
Nyaahna kaliwat langkung

40. Nyaah baé nu Kawasa
Ka masing-masing manusa
Ulah dir gagah perkosa
Bisi urang loba dosa

41. Dosa mah ti pada jalmi
Welas asih ka sasami
Micinta ka lemah cai
Layeut jeung batur sabumi

42. Sing layeut laki rabina
Ulah aya kuciwana
Silih anteur kahayangna
Akur reujeung barayanna

43. Mun akur ka sadayana
Témbongkeun budi basana
Nu bener tingkah polahna
Supaya hirup sampurna

44. Sampurna euis ayeuna
Yap ka dieu pamegetna
Bapa badé ngawurukna
Diregepkeun ku asépna

45. Regepkeun téh ku haténa
Bapa mépélinganana
Tadina asép ngaduda
Ayeuna mah gaduh garwa

46. Sareng garwa kedah layeut
Sing rapet sacara leugeut
Poma ulah pikir heureut
Sangkan silih pikameumeut

47. Mikameumeut sareng bojo
Laksana asép ngajodo
Tapi lamun ngabobodo
Bojo moal mikasono

48. Mun sono asép ka istri
Sing pageuh saperti patri
Campur gaul sareng santri
Kalayan ati nu suci

49. Nu suci pasti beresih
Tara aya nu dipamrih
Ka bojo teu weléh asih
Sagala sareng pamilih

50. Pilih ku asép ayeuna
Nya pék tanya ku haténa
Nu goréng jeung nu hadéna
Sing karasa ku dirina

51. Diri pangasih Gustina
Gusti mah moal nyiksana
Moal badé ngaganjarna
Kumaha waé amalna

52. Amal hadé tangtu genah
Laki rabi tumaninah
Lamun amal anu salah
Jaga baris nyorang susah

53. Susah lamun teu ngarobah
Nu ngajak ngarah ngarinah
Napsu nu mawa sarakah
Pék atuh paké ibadah

54. Mun ibadah anu tangtu
Bagikeun kanu pihatu
Mikeuna tong ragu ragu
Bilih istri janten bendu

55. Bendu istri asép bingung
Ulah waka sok ditundung
Lamun istri terus pundung
Pangmésérkeun geulang kalung

56. Geulang kalung serba saé
Énggal atuh geura anggé
Dianggéna saban poé
Nu kantun pelesir baé

57. Pelesir eulis ka kota
Tah bawa duit sajuta
Mun aya kahayang ménta
Tatapi ulah lahuta

58. Lahuta aya kahayang
Nyariosna ngagorolang
Nu bakal moal kasorang
Pikir anu mawa Bingbang

59. Bingbang bongan sok sulaya
Mikahayang anu teu aya
Ahirna pakia-kia
Ngajauhan ka baraya

60. Baraya lamun ngahiji
Éta nu langkung utami
Hubungan anu sajati
Ngariung sapara wargi

61. Wargi asép sadayana
Sakitu mikadeudeuhna
Barungah dina manahna
Nu janten ibu ramana

62. Ibu rama ngiring dunga
Asép ngagaduhan garwa
Istrina lamun satia
Hiji baé tong ngadua

63. Ngadua gaduh istrina
Moal bérés salamina
Pakucrut rumah tanggana
Mun teu cocog jeung agama

64. Éra atuh ku tatangga
Sapopoé ngan paséa
Ku istri dipikangéwa
Ku tatangga diléléwa

65. Lamun boga harta banda
Sing kuat nahan gogoda
Bisi kagoda ku randa
Pikir heula jero dada

66. Pikir asép sing waspada
Supaya teu ngarasula
Mun keukeuh pikir midua
Akibat jadi paséa

67. Paséa jeung pamajikan
Napsu sétan barangasan
Teu ngajadi kauntungan
Tetep dina karugian

68. Rugi lamun ngumbar napsu
Napsu pangajak nu palsu
Ngaranjing ngajadi asu
Nu tangtu badan kalangsu

69. Kalangsu bongan sorangan
Osok daék ririungan
Mimitina heuheureuyan
Dina tempat pamaénan

70. Maén dadu maén kartu
Éléh meunang tacan tangtu
Mun meunang udud surutu
Mun éléh ngobral sapatu

71. Ngobral barang kawalahan
Harta banda dijualan
Di imah awut-awutan
Lebur ancur bébéakan

72. Béak duit dipikiran
Éléh maén kawalahan
Tapi keukeuh panasaran
Napsu teu beunang ditahan

73. Ditahan henteu katahan
Dipikir terus-terusan
Datang napsu panasbaran
Sétan iblis ngadeukeutan

74. Sétan nu ngajak jarambah
Nu mawa kana sarakah
Dipaké kana awuntah
Disorang napsu nu runcah

75. Rucahna antep-antepan
Teu ngarérét réréncangan
Cicing dina palacuran
Teu inget ka pamajikan

76. Pamajikan teu dirérét
Duit metet dina dompét
Tapi méré kékéréhét
Ku tarik-tarikna pélét
77. Kapélét ku pamakéna
Pabeulit pikiranana
Teu karasa ku dirina
Diumbar waé napsuna

78. Napsuna mangprung ngaberung
Teu aya anu dirarung
Miboga rasa adigung
Tungtungna ripuh jeung bingung

79. Bingung bongan osok salah
Teu bisa nahan amarah
Jangji ka batur sok gaplah
Teu inget kana papatah

80. Papatah ti para sepuh
Ulah boga rasa angkuh
Mun jangji kudu sing tukuh
Ucap lampah masing ampuh

81. Masing ampuh ti ayeuna
Sing bisa mawa hirupna
Jauhkeun napsu goréngna
Deukeutkeun napsu hadéna

82. Deudeuh teuing putra ibu
Omat tong ngalajur napsu
Ulah maén lacur ngadu
Mun bener nyaah ka ibu

83. Nyaah deudeuh mikasono
Ciri pola kanggo conto
Mangka hadé ulah poho
Bojo téh bawa lalajo
84. Lalajo bari pelesir
Tingali sisi basisir
Sugan awas tina pasir
Alam dunya geura taksir

85. Geura taksir pangaturan
Dadamelanna Pangéran
Aya gedong matak héran
Luhur pageuh nanakéran

86. Teu ngaruag teu ngariek
Sakitu eusina uyek
Pirang-pirang nu ngaleyek
Tapi hanteu ngarempeyek

87. Ya Allah anu ngayuga
Ieu alam ngan nyalira
Bumi langit gé tohaga
Eusina mani pohara

88. Eusi dunya warna-warna
Cahaya panon poéna
Sato tatangkalanana
Cawisan keur manusana

89. Manusa maruji sukur
Ka Gusti Allah nu ngatur
Pangantén sing subur mamur
Kalayan hirupna jujur

90. Masing jujur sahaluan
Ayeuna asép duaan
Ulah aya pacéngkadan
Sing bisa silih bélaan

91. Béla pati jiwa raga
Dunya katut ahératna
Ku asép kudu dijaga
Sangkan eulis gumbirana

92. Gumbira nu panganténan
Papatah tamba lumayan
Ku eulis asép lenyepan
Nyawérna téréh wekasan

93. Nyawér téh turun tumurun
Tuturunan ti karuhun
Pamugi ulah dikantun
Sawér turun hatur nuhun

94. Sawér hartina panggeuing
Papatah geura nyararing
Dangding bari ngahariring
Pépéling masing aréling

95. Aréling urang sadaya
Ka Gusti Allah nu Mulya
Ulah aya panca bahya
Sadaya mugi waluya

96. Waluya para wargina
Rawuh para panganténna
Gumuruh rasa batinna
Caang haté ka gustina

97. Gusti abdi muji nuhun
Ngumbara mangtaun-taun
Ku bumi alam dilahun
Nimat kateda kasuhun

98. Duh Gusti nu langkung héman
Mugi sadaya sing iman
Nya netepan kaislaman
Mugi maot mawa iman

99. Bapa nyawér téh parantos
Mung kantun badé wawartos
Ka ondangan nu ngarantos
Mugi sami pada ngartos

100. Pada ngartos sadayana
Nu dicarioskeunana
Lebetkeun kana manahna
Naropong jalan sampurna






Contoh Teks Saweran Panganten 2 :

1. Nyukcruk galur ti karuhun
Nutur lacak para wali
Nyambung ka bala rea
Titinggal ti nini aki

2. Ngawaris kabudayaan
Seni sunda sawer asli
Seni sunda pikeun suluk
Gambaran siloka diri

3. Hirup ulah kajongjonan
Mawa diri sing taliti
Satincak make pikiran
Pikiran ieu pepeling

4. Papeling jalan pituduh
Nuduhkeun diri sing lilir
Hahalang lugay disinglar
Mun hayang salamet diri

5. Di dunya ukur ngumbara
Peupeujeuh sing repeh rapih
repeh rapih nu salembur
ka cai sing getol mandi

6. ka darat sing getol solat
pageuh pakuat-pakait
ulah ingkah bali-lahan
ancrubna ngajadi hiji

7. ngahiji ngajadi dulur
Sadaya mahlukna Gusti
Hubungan sabilulungan
Kedalkeun katineung ati

8. Ka ibu sareng ka rama
Naneda ka Maha Suci
Neda agung cukup lumur
Neda jembar pangaksami

9. Bilih aya kalepatan
Wireh ayeuna sim kuring
Nyawer anu pangantenan
Nyanggakeun mugi ditampi

10. Cikaracak Ninggang Batu
Laun-laun jadi legok
Tai Cakcak ninggang huntu
Laun-laun dilebok




Teks Sawer Panganten 3 :

Bismillah damel wiwitan
Mugi Gusti nangtayungan
Tatan – Yuli nu rendengan
Mugia kasalametan

Salamet nu pangantenan
Ulah aya kakirangan
Sing tiasa sasarengan
Sangkan jadi kasenangan

Sing senang laki rabina
Nu diwuruk pangpayunna
Nyaeta bade istrina
Masing dugi ka hartina

Hartikeun eulis ayeuna
Leubetkeun kana manahna
Manawi aya gunana
Nu dipambrih mangpa’atna

Mangpa’atna lahir batin
Yuli teh masing prihatin
Ayeuna aya nu mingpin
Ka caroge masing tigin

Tigin Yuli kumawula
Ka tatan ulah bahula
Bisi Tatan meunang bahla
Kudu bisa silih bela

Silih bela jeung caroge
Ulah ngan palesir bae
Mending oge boga gawe
Ngarah rapih unggal poe

Repeh rapih nu saimah
Rumah tangga tumaninah
Tapi lamun loba salah
Laki rabi moal geunah

Bisi teu genah ku raka
Prak bae wakca balaka
Lamun tatan goreng sangka
Buru bawa suka-suka

Suka-suka ti ayeuna
Da yuli atos laksana
Ngajodo anu sampurna
Ngahiji salalamina

Salamina sareng dulur
yuli kudu bisa akur
Akuran ka unggal lembur
Sangkan jadi buah catur

Mun catur sing seueur bukur
Ulah ngan kalah ka saur
Napsuna ulah takabur
Hirup resep loba batur

Sareng batur kudu jujur
Layeut reujeung nu sakasur
Runtut raut salelembur
Nagara ge subur ma’mur

Subur ma’mur sauyunan
Mun aya tamu payunan
Tapi ulah timburuan
Bok bilih silih benduan

Ngabenduan ka caroge
Ngan ulah pasea bae
Enggal atuh geura hade
Ambeh geugeut saban poe

Saban poe ulah lali
Titik rintih suci ati
Tembongkeun sing bear budi
Ciri nyaah ka salaki

Lalaki mun sok nyandung
Omat ulah waka pundung
Komo lamun bari bingung
Keun antep sina ngaberung

Ngaberung tong dihalangan
Asal cukup sandang pangan
Sina lilir ku sorangan
Sangkan panggih kasenangan

Senangkeun yuli pikiran
Pikiran didadasaran
Tukuh muntang ka Pangeran
Supaya meunang ganjaran

Ganjaran ti Maha Suci
Enggal atuh geura tampi
Ayeuna yuli ngahiji
Sakapeurih sakanyeuri

Sakanyeri jeung salaki
Mun yuli seueur rejeki
Poma ulah sok kumaki
Masing tumut ka salaki

Tumutkeun eulis ayeuna
Ayeuna tos laksana
Laksana dating jodona
Hate bangblas lalugina

Lugina dunya aherat
Gusti maparinan rahmat
Kana waktu ulah telat
Disarengan silih hormat

Silih hormat ka sasama
Sing nyaah ka ibu rama
Lakonan parentah agama
tangtuna hirup sugema

Sugema hirup di dunya
Nyaeta kudu tatanya
Rek nanya pek kanu enya
Badanna buru ditanya

Tanya bae ku hatena
Tah eta pikeun saksina
Saksi diri pribadina
Nu tara jalir jangjina

Mun jangji nu ngajadi
Eta jangji anu pasti
Pasti jodo ti ajali
Pikiran cengeng ka Gusti

Gusti mah teu weleh nyaksi
Nyaksi gerentesna ati
Ucap lampahna kasaksi
Satincak-tincakna ngarti

Hartikeun masing karaos
Ulah luas-luis leos
Sumawonna poporongos
Pilari jalan nu raos

Raoskeun jaga ku yuli
yuli ulah sok gumeulis
Najan geulis baris ledis
Ninggang mangsa titis tulis

Titis tulis bagja diri
Patokan nu ti ajali
Kajeun siga widadari
Da moal beunang dibeuli

Dibeuli ku harta banda
Da moal bisa kajaga
Nu tangtu bakal ngaduda
Nyicingan di alam baka

Alam baka kalanggengan
Langgeng rasa ka Pangeran
Supaya ulah rayungan
Ngabogaan papacangan

Boga rasa kudu ngarti
Tata titi surti arti
Kudu silih beuli arti
Pikiran dadamelan Gusti

Gusti Allah nu kawasa
Ngayakeun dunya tiasa
Pepek eusi dunya rosa
Sayagi pikeun manusa

Manusia mahluk punjulna
Palinter pangabisana
Ngakalan eusi dunyana
Nu kantun tumarimana

Tumarima ka Pangeran
Tumutkeun kana dawuhan
Qur’an hadist tuduh jalan
Ti para Nabi panutan

Panutan urang sadaya
Poma ulah rek cangcaya
Sadaya kudu percaya
Ka Gusti Allah nu Mulya

Mulyana nu Maha Agung
Sing saha bae ditulung
Ku bumi alam dijungjung
Nyaahna kaliwat langkung

Nyaah bae nu Kawasa
Ka masing-masing manusa
Ulah dir gagah perkosa
Bisi urang loba dosa

Dosa mah ti pada jalmi
Welas asih ka sasami
Micinta ka lemah cai
Layeut jeung batur sabumi

Sing layeut laki rabina
Ulah aya kuciwana
Silih anteur kahayangna
Akur reujeung barayanna

Mun akur ka sadayana
Tembongkeun budi basana
Nu bener tingkah polahna
Supaya hirup sampurna

Sampurna euis ayeuna
Yap kadieu pamegetna
Bapa bade ngawurukna
Diregepkeun ku asepna

Regepkeun teh ku hatena
Bapa mepelinganana
Tadina tatan ngaduda
Ayeuna mah gaduh garwa

Sareng garwa kedah layeut
Sing rapet sacara leugeut
Poma ulah pikir heureut
Sangkan silih pikameumeut

Kanggo ka pameget…tatan

Mikameumeut sareng bojo
Laksana tatan ngajodo
Tapi lamun ngabobodo
Bojo moal mikasono

Mun sono tatan ka istri
Sing pageuh saperti patri
Campur gaul sareng santri
Kalayan ati nu suci

Nu suci pasti baresih
Tara aya nu dipamrih
Ka bojo teu weleh asih
Sagala sareng pamilih

Pilih ku tatan ayeuna
Nya pek tanya ku hatena
Nu goreng jeung nu hadena
Sing karasa kudirina

Diri pangasih Gustina
Gusti mah moal nyiksana
Moal bade ngaganjarna
Kumaha wae amalna

Amal hade tangtu genah
Laki rabi tumaninah
Lamun amal anu salah
Jaga baris nyorang susah

Susah lamun teu ngarobah
Nu ngajak ngarah ngarinah
Napsu nu mawa sarakah
Pek atuh pake ibadah

Mun ibadah anu tangtu
Bagikeun kanu pihatu
Mikeuna tong ragu ragu
Bilih istri janten bendu

Bendu istri tatan bingung
Ulah waka sok ditundung
Lamun istri terus pundung
Pangmeserkeun geulang kalung

Geulang kalung serba sae
Enggal atuh geura angge
Dianggena saban poe
Nu kantun pelesir bae

Palesir yuli ka kota
Tah bawa duit sajuta
Mun aya kahayang menta
Tatapi ulah lahuta

Lahuta aya kahayang
Nyariosna ngagorolang
Nu bakal moal kasorang
Pikir anu mawa Bingbang

Bingbang bongan sok sulaya
Mikahauang anu teu aya
Akhirna pakia-kia
Ngajauhan ka baraya

Baraya lamun ngahiji
Eta nu langkung utami
Hubungan anu sajati
Ngariung sapara wargi

Wargi asep sadayana
Sakitu mikadeudeuhna
Barungah dina manahna
Nu janten ibu ramana

Ibu rama ngiring du’a
tatan ngagaduhan garwa
Istrina lamun satia
Hiji bae tong ngadua

Ngadua gaduh istrina
Moal beres salamina
Pakucrut rumah tanggana
Mun teu cocog jeung agama

Era atuh ku tatangga
Sapopoe ngan pasea
Ku istri dipikangewa
Ku tatangga dilelewa

Lamun boga harta banda
Sing kuat nahan gogoda
Bisi kagoda ku randa
Pikir heula jero dada

Pikir tatan sing waspada
Supaya teu ngarasula
Mun keukeuh piker midua
Akibat jadi pasea

Pasea jeung pamajikan
Napsu setan barangasan
Teu ngajadi kauntungan
Tetep dina karugian

Rugi lamun ngumbar napsu
Napsu pangajak nu palsu
Ngaranjing ngajadi asu
Nu tangtu badan kalangsu

Kalangsu bongan sorangan
Osok daek ririungan
Mimitina heuheureuyan
Dina tempat pamaenan

Maen dadu maen kartu
Eleh meunang tacan tangtu
Mun meunang udud surutu
Mun eleh ngobral sapatu

Ngobral barang kawalahan
Harta banda dijualan
Di imah awut awutan
Lebur ancur bebeakan

Beak duit dipikiran
Eleh maen kawalahan
Tapi keukeuh panasaran
Napsu teu beunang ditahan

Ditahan henteu katahan
Dipikir terus-terusan
Datang napsu panasbaran
Setan iblis ngadeukeutan

Setan nu ngajak jarambah
Nu mawa kana sarakah
Dipake kana awuntah
Disorang napsu nu runcah

Rucahna antep-antepan
Teu ngareret rerencangan
Cicing dina palacuran
Teu inget ka pamajikan

Pamajikan teu direret
Duit metet dina dompet
Tapi mere kekerehet
Ku tariktarikna pelet

Kapelet ku pamakena
Pabeulit pikiranana
Teu karasa ku dirina
Diumbar wae napsuna

Napsuna mangprung ngaberung
Teu aya anu dirarung
Miboga rasa adigung
Tungtungna ripuh jeung bingung

Bingung bongan osok salah
Teu bisa nahan amarah
Jangji ka batur sok gaplah
Teu inget kana papatah

Papatah ti para sepuh
Ulah boga rasa angkuh
Mun jangji kudu sing tukuh
Ucap lampah masing ampuh

Masing ampuh ti ayeuna
Sing bisa mawa hirupna
Jauhkeun napsu gorengna
Deukeutkeun napsu hadena

Deudeuh teuing putra ibu
Omat tong ngalajur napsu
Ulah maen lacur ngadu
Mun bener nyaah ka ibu

Nyaah deudeuh mikasono
Ciri pola kanggo conto
Mangka hade ulah poho
Bojo teh bawa lalajo

Lalajo Bari palesir
Tingali sisi basisir
Sugan awas tina pasir
Alam dunya geura taksir

Geura taksir pangaturan
Dadamelanna Pangeran
Aya gedong matak heran
Luhur pageuh nanakeran

Teu ngaruag teu ngarieg
Sakitu eusina uyek
Pirang-pirang nu ngaleyek
Tapi hanteu ngarempeyek

Ya Allah anu ngayuga
Ieu alam ngan nyalira
Bumi langit ge tohaga
Eusina mani pohara

Eusi dunya warna-warna
Cahaya panon poena
Sato tatangkalanana
Tawisan keur manusana

Manusa maruji sukur
Ka Gusti Allah nu ngatur
Panganten sing subur ma’mur
Kalayan hirupna jujur

Masrahkeun raga jeung nyawa
Nanging engkang kedah ngucapkeun sahadat
Syarat Percaya Ka Gusti Allah

“Ashaduanlaillahailallah
Waashaduannamuhammadarasululllah”
“Robbanaatinafidunya hasanahtawwakinaadabanar”



Contoh Tek Sawer Panganten 4 :

Kidung sunda

Nyukcruk galur ti karuhun
Nutur lacak para wali
nyambuang ka bala rea
Titinggal ti nini aki

Ngawaris kabudayaan
Seni sunda sawe asli
Seni sunda pikeun suluk
Gambaran siloka diri

Hirup ulah kajongjonan
Mawa diri sing taliti
Satincak make pikiran
Pikiran ieu pepeling

Pepeling jalan pituduh
Nuduhkeun diri sing lilir
Hahalang lugay disinglar
Mun hayang salamet diri

Di dunya ukur ngumbara
Peupeujeuh sing repeh rapih
Repeh rapih nu salembur
Ka cai jadi saleuwi

Ka darat jadi salogak
Pageuh pakuat-pakait
Ulah ingkah bali-lahan
Anrubna ngajadi hiji

Ngahiji ngajadi dulur
Sadaya mahlukna Gusti
Hubungan sabilulungan
Kedalkeun katineung ati

Ka ibu sareng ka rama
Neneda ka Maha Suci
Neda agung cukup lumur
Neda jembar pangaksami

Bilih aya kalepatan
Wireh ayeuna sim kuring
Nyawer anu pangantenan




Contoh Teks saweran panganten 5 ;

Dangdanggula

1. Bismillahi kawitaning muji
Muja nyebat asma Pangeran
Nu welas asih ka kabeh
Ngurus sadya mahluk
Eusi alam  taya nu kari
Gusti urang sadaya
Geusan  sumalindung
Ka bingah sareng ka sesah
Nu karaos musibat ageung jeung alit
Mantna nu ngraksa.

2. Sabdana mumuji ka Gusti
Ngahaturkeun salam miwah Rahmat
Ka panutan  Rosululoh
Nabi agung panutup
Muhammad kakasih yang widi
Rahmat sadaya Alam
Ku Gusti di wuwuh
Kitu dei pra Sahabat
Abu Bakar, Umar, Usman sareng Ali
Sami kenging Rahmat.

3. Neda widi kanu sami linggih
Jisim kuring permios sakedap
Bade nyelang heula nyawer
Minangka turun kaul
Ka panganten jaler istri
Etang-etang hiburan
Tatali karuhun
Sugan aya pawedahna
Ka panganten sare ng sadayana nu
Linggih nya ieu piwulangna.

Kinanti

4.    Munguh pidawuh nu Agung
Allahu Robbul ’Alamin
Pidawuhna dina Qur’an
Ar’um dua puluh hiji
Jodo katangtuan AllAH
Sangkan tengtrem rasa ati

5. Nikah teh tawisna syukur
Bukti ngabakti ka Gusti
Sunat ti Rosul Muhammad
Sah Gaul Pameget Istri
Ceuk rukun tikah nu lima
Sangkan turunan teh suci

6. Tumut galuring karuhun
Medar sawer jatukrami
Ngaberkahan anu nikah
Disimpai cinta jeung asih
Mugi rahmat ti Pangeran
Lulus mulus laki rabi

7. Siloka sawe nu tangtu
Perlambang nu laki rabi
Sarat sarupa-rupana
Ngandung sasmita nu pasti
Beas bodas dicampuran
Koneng temen beunang nyiksik

Kinanti.

8. Di sawer di awur-awur
Beas sasmitaning hirup
Koneng perlambangna  emas
Dunya jeng komara diri
Eta sarat kabagjaan
Koncina Iman ka Gusti.

Asmarandana

9.  Eling-eling mangka eling
Rumingkang di bumi alam
Darma wawayangan bae
Raga taya pangawasa
Lamun kasasar nya lampah
Napsu nu matak kaduhung
Badan anu katempuhan

Kinanti

10. Mungguh pi wuruk pitutur
Mangga guar masing sidik
Endog sanareng elekan
Eta perlambang jirim
Sipat pria jeung wanita
Nu kudu awor ngahiji.

11. Ceuk babasaan runtut raut
Ka cai jadi sa leuwi   ( bareng mandi )
Ka darat jadi salebak ( bareng solat )
Sapapait sa mamanis
Hirup loro jadi tunggal
Tegas dua jadi hiji.

Kinanti

12. Seuneu teh tegesna panas
Nu sok ngancik dina jirim
Di sindirkeun na harupat
Ulah getas heureut pikir
Mun hurung geuwat pareuman
Banjur ku dayaning cai

13. Cai kendi tiis pasti
Hartina sabaring ati
Tiis dingin paripurna
Seuneu pareumna ku cai
Napsu pepesna ku sabar
Wekasna rintih panggalih.

14. Ulah rek ngalajur napsu
Amarah kudu dipahing
Sing daek silih eledan
Sangkan layeut jeung ngahiji
Taya halangan harungan
Odoh bahla parek rijki

Asmarandana

15. Hidep teh omat anaking
Ulah rek ditarurutan
Adat hayam estu goreng
Jeung batur teu sauyunan
Estu aing-aingan
Jalma kudu rea batur
Singkahan tabe’at hayam

Durma

16. Utamana jalma kudu rea batur
Keur silih tulungan
Silih titipkeun nya diri
Budi akal lantaran ti pada jalma

Dangdanggula

17. Ekek sato rik-rik sarta gemi
Usum panen daek teuteundeunan
Rupa ning pare jeung jagong
Dina gawokna pinuh
Mun di jalma ibarat leuit (gudang)
Sangkan dina paila
Teu ngarasa bingung
Da aya pasadiaan
Ekek ngarti tas suka sok datang sedih
Tas loba jadi suda




Contoh Teks Sawer Panganten 6 :

Pun sapun amit paralun
ka batara ka batari
nu di luhur nu dihandap
nu ngageugeuh bumi langit

di buana panca tengah
nu ngajaring beurang peuting
kula amit paralun
nitiskeun kandungan ati

medarkeun kandungan rasa
marepehan hirup hurip
papaes pamageuh rasa
panungkus aci birahi

neda angung nya tawakup
hampura nu caralik
darana dagoan heula
mokaha kesel saeutik

regepkeun ku sadayana
sepuh anom menak kuring
seja nuturkeun piwuruk
kawitan ku pribumi

ngagenten ibu ramana
heulakeun panganten istri
nyai geulis kembang soca
takanan beurang jeung peuting

kacaroge masing tuhu
mipageran lahir batin
turut sugri parentahna
singkiran sugan sungki

peupeujeuh rek ngabatuah
bisi kasibat kabadi
sing jauh tina saligkuh
malah jadi repeh rapih

ka sanak kadang sing jembar
miasih ka kulawargi
bakti hormat jeung tilawat
ulah kendat masing meujit

runtut jeung batur salembur
rapih jeung saeusi bumi
welas manah ka sasama
papagon dawuhan nabi

malar natrat nugrahana
karamat agama suci
papayungna jembar rahayu
pipilis pamager sari

peguh galih katajian
taji awit laki rabi;
hiap kari pamgetna
agus pepeling ati

datang uga cunduk waktu
katitih katarik tulis
ujang dikawasa murba
nangtayungan beurang peuting

wajib mangku ngasuh garwa
mikadeudeuh ngaping-ngaping
ka gawa sing asak malum
pangger mageuhan kadali

lamun garwa pareng salah
wurukan ku budi manis
ulah dihoak disentak
bisi mangpaung muringis

pameget sing kukuh pengkuh
ulah lamo ngumbar biwir
sakedik-sakedik talak,
bisi kaduhung di ahir

harempoj ngurumanggassay
lumpuh dipeureuh kapeurih
kudu emut ka pitutur
titisan pancuran awit

urang tedak Pajajaran
jajar bojo jeung salaki
dayeuhna Galih Pakuan
paku pageuh galih asih

mapan ratuna kaceluk
kawentar Sang Siliwangi
silih asih samistina
calik jajar paku aji

jejer jajar teka reuay
titisan jatining asih
nuwun mundur ti cumatur
panjang mun tetek diwinjik

sauetik tiba patrina
jadi tumbaling paripih
bisi kesel nu ngantosan
sumangga geura linggih



Contoh  Teks Sawer Panganten 7 :

Nyukcruk galur ti karuhun
Nutur lacak para wali nyambuang ka bala rea Titinggal ti nini aki
Ngawaris kabudayaan
Seni sunda sawe asli
Gambaran siloka diri
Hirup ulah kajongjonan
Mawa diri sing taliti
Satincak make pikiran
Pikiran ieu pepeling
Nuduhkeun diri sing lilir
Hahalang lugay disinglar
Mun hayang salamet diri
Di dunya ukur ngumbara
Peupeujeuh sing repeh rapih
Ka cai jadi saleuwi
Ka darat jadi salogak
Pageuh pakuat-pakait
Ulah ingkah bali-lahan
Anrubna ngajadi hiji
Sadaya mahlukna Gusti
Hubungan sabilulungan
Kedalkeun katineung ati
Ka ibu sareng ka rama
Neneda ka Maha Suci
Neda jembar pangaksami
Bilih aya kalepatan
Wireh ayeuna sim kuring
Nyawer anu pangantenan
Nyanggakeun mugi ditampi.
Contoh Teks Sawer Panganten 7 ;
Sinom Degung
1.  Permios ka sadayana

sepuh anom jaler istri
bade nyelang nyawer heula
nyumponan tali paranti
warisan ti nini aki
nu moal laas ku waktu
dipalar mangpaatna
cepengan nu laki-rabi
nu dipambrih lulus mulus salawasna
Kidung

2.  Cunduk waktu numbuk dawuh
niti wanci nu mustari
kiwari datang mangsana
dugi ka wanci rarabi
nincak kana alam anyar
keur panganten jaler istri
3.  Bakal disapih ku sepuh

diajar hirup mandiri
kudu macakal duaan
hirup teu cara sasari
kuma bapa kuma ema
da puguh sepuh ngabanding
Jemplang Titi

4.  Mungguhing saratna hirup
enggoning urang rarabi
kudu silih pikaheman
silih asuh silih asah
hirup kudu sauyunan
geus tinangtu mawa rijki
5.  Masing satia satuhu

ka bojo jeung ka salaki
ulah rek aing-aingan
kudu sagala badami
hasil sapuk sauyunan
sangkan lulus laki rabi
6.  Kudu sumujud ka sepuh

sumembah ka Maha Suci
hade basa ka sasama
ka kadang ka kulawargi
ulah luhur pamakanan
sadaya oge sami
Kidung

7.  Panjang punjung lambat lambut
tebih ti mutik berewit
adoh bahla parek rijki
masing guna keur masyarakat
tansah ti pangjaring Gusti
8.  Sakitu nu kapihatur

ka panganten jaler istri
mugia anu Kawasa
Gusti sifat rahman rahim
salamina nangtayungan
lahir dumugi ka batin
mugi Gusti ngaijabah
Amin Ya Robal Alamin
Contoh Teks Sawer Panganten 8 ;


Assalamu’alaikum Wr. Wb


Hadirin nu dimulyakeun ku Alloh, nitih wanci nu mustari ninggang mangsa nu utama, cunduk waktuna, sabada dirapalan, Ema jeung Bapa seja nembrakeun kabungah ku mangrupa papatah ka hidep 

…… (sareung) …… reunyepkeun ku hidep duaan hariring Ema dina :


Pangapungan (Istri)
Run turun panganten sakalih, diaping diginding nya lungsur, nya rampes bari kumeumeut bagja lengkah tumaninah, sukagalih suka wening endah dipayungan emas, kuring diaping, dipirig gending, deuh ditawur kembang malati nyambuang sa patamanan. Kembang hidep kembang siang, bentang hidep bentang siang, sing terang salalamina. Jalan anu rek di sorang hayu ayeuna ulah ka palang,

ayeuna cunduk waktuning
nitih wanci ngararabi
Neng ………………… miwah Cep ……………………
Hamo beunang dihalangan
Takdir ti Gusti yang widi
Qodar ti nu Maha kawasa.

Pameget :
mulunggung jalan rahayu
Ngembat jalan ngararabi
Awalna nya tepung rasa
Masket asih lahir batin
Dipatri ku akad nikah
Tingtrim asih laki-rabi

Prolog :
Neng …………………….. miwah Cep ……………….
Hidep bakal jadi jadi indung
Boga anak tur kudu jadi picontoeun
Cep ………………….
Hidep bakal jadi bapa
Jadi kapala rumah tangga
Kudu bisa ngajaga tur ngariksa
Silih titipkeun nya diri……
Regepkeun ku hidep dina kidung.

(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

Pangapungan (Istri)
Run turun panganten sakalih, diaping diginding nya lungsur, nya rampes bari kumeumeut bagja lengkah tumaninah, sukagalih suka wening endah dipayungan emas, kuring diaping, dipirig gending, deuh ditawur kembang malati nyambuang sa patamanan. Kembang hidep kembang siang, bentang hidep bentang siang, sing terang salalamina. Jalan anu rek di sorang hayu ayeuna ulah ka palang,
ayeuna cunduk waktuning
nitih wanci ngararabi
Neng ………………… miwah Cep ……………………
Hamo beunang dihalangan
Takdir ti Gusti yang widi
Qodar ti nu Maha kawasa.

Pameget :
mulunggung jalan rahayu
Ngembat jalan ngararabi
Awalna nya tepung rasa
Masket asih lahir batin
Dipatri ku akad nikah
Tingtrim asih laki-rabi

Prolog :
Neng …………………….. miwah Cep ……………….
Hidep bakal jadi jadi indung
Boga anak tur kudu jadi picontoeun
Cep ………………….
Hidep bakal jadi bapa
Jadi kapala rumah tangga
Kudu bisa ngajaga tur ngariksa
Silih titipkeun nya diri……
Regepkeun ku hidep dina kidung.

(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

ayeuna cunduk waktuning
nitih wanci ngararabi
Neng ………………… miwah Cep ……………………
Hamo beunang dihalangan
Takdir ti Gusti yang widi
Qodar ti nu Maha kawasa.
Pameget :
mulunggung jalan rahayu
Ngembat jalan ngararabi
Awalna nya tepung rasa
Masket asih lahir batin
Dipatri ku akad nikah
Tingtrim asih laki-rabi

Prolog :
Neng …………………….. miwah Cep ……………….
Hidep bakal jadi jadi indung
Boga anak tur kudu jadi picontoeun
Cep ………………….
Hidep bakal jadi bapa
Jadi kapala rumah tangga
Kudu bisa ngajaga tur ngariksa
Silih titipkeun nya diri……
Regepkeun ku hidep dina kidung.

(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

Pameget :
mulunggung jalan rahayu
Ngembat jalan ngararabi
Awalna nya tepung rasa
Masket asih lahir batin
Dipatri ku akad nikah
Tingtrim asih laki-rabi
Prolog :
Neng …………………….. miwah Cep ……………….
Hidep bakal jadi jadi indung
Boga anak tur kudu jadi picontoeun
Cep ………………….
Hidep bakal jadi bapa
Jadi kapala rumah tangga
Kudu bisa ngajaga tur ngariksa
Silih titipkeun nya diri……
Regepkeun ku hidep dina kidung.

(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

Prolog :
Neng …………………….. miwah Cep ……………….
Hidep bakal jadi jadi indung
Boga anak tur kudu jadi picontoeun
Cep ………………….
Hidep bakal jadi bapa
Jadi kapala rumah tangga
Kudu bisa ngajaga tur ngariksa
Silih titipkeun nya diri……
Regepkeun ku hidep dina kidung.
(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

(Istri )
Ayeuna nya nawaetu
Ku asmana illahi
Bissmillah mah jait jalan
Rohman Rohim nu dipamrih
Ngambah hirup rumah tangga
Kenging rahmat di yang widi
Tumut ka papagah sepuh
Tawis mah hidep mupusti
Konci gedong kabagjaan
Aya di sepuh utami
Mundut mah anggur do’ana
Sangkan mulus raki rabi
Amiin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti nangtayungan

Seni sunda pikeun suluk


Pepeling jalan pituduh

Repeh rapih nu salembur


Ngahiji ngajadi dulur

Neda agung cukup lumur