Jumat, 24 Januari 2014

Istilah - Istilah Dalam Pernikahan Adat Sunda

1. Nendeun Omong Yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis kepada orang tua si gadis.

2. Lamaran ( narosan ) yaitu Tahap melamar atau meminang ini sebagai tindak lanjut dari tahap pertama.

3. Tunangan ( patuker beubeur tameuh ), yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.

4. Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan).Biasanya pihak calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.

5. Ngibakan atau Siraman. yaitu Berupa acara memandikan calon pengantin agar bersih lahir dan batin, acara berlangsung siang hari di kediaman masing-masing calon mempelai. 

6. Ngecagkeun Aisan Yaitu Calon pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis digendong oleh sang ibu, sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman.

7. Palika atau pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini mengandung makna yaitu rukun iman dan jumlah hari dalam seminggu.
    
8. Ngaras Yaitui permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki kedua orangtua pelaksanaan upacara ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun aisan.

9. Potong rambut atau Ngerik Yaitu Calon mempelai wanita dipotong rambutnya oleh kedua orangtua sebagai lambing memperindah diri lahir dan batin.

10. Meuleum Harupat ( Membakar Harupat ) Yaitu Mempelai pria memegang batang                       harupat,pengantin wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah menyala kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat kembali dan dipatahkan lalu di buang jauh jauh. Melambangkan nasihat kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam rumah tangga. 

11. Buka pintu Yaitu dengan diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan. 

12. Nincak Endog (Menginjak Telur) yaitu Mempelai pria menginjak telur di baik papan       dan elekan (Batang bambu muda), kemudian mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria dengan air di kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua. Melambangkan pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.

13. Ngaleupas Japati ( Melepas Merpati ) yaitu Ibunda dari kedua mempelai berjalan keluar sambil masing masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan terbang di halaman. Melambang kan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.

14. Huap Lingkung (Suapan) Yaitu Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orang tua. Dimulai oleh para Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda.

15. Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar). Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian pemandu acara memberi aba - aba, kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah.

16. Numbas. Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah.                           Upacara numbas mengandung maksud untuk memberi tahu kepada keluarga dan tetangga bahwa pengantin perempuan “tidak mengecewakan” pengantin laki-laki.

17. Saweran yaitu merupakan upacara memberi nasihat kepada kedua mempelai yang                     dilaksanakan setelah acara akad nikah. Melambangkan Mempelai beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan.  

18. Ngeuyeuk Seureuh. yaitu Kedua calon mempelai meminta restu pada orangtua masing-masing dengan disaksikan sanak keluarga. 

Pernikahan Adat Sunda

Upacara pernikahan adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka menyambut peristiwa pernikahan.Pernikahan sebagai peristiwa penting bagi manusia dirasa perlu disakralkan dan dikenang sehingga perlu ada upacaranya.Karena upacara pernukahan itu sendiri yaitu menyatukan dua insan manusia dalam satu ikatan untuk mengawali kehidupan yang baru dalam membina keluarga. Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan budaya dan adat istiadat dimana tiap suku bangsa mempunyai adat pernikahan nya masing- masing. Nah di bawah ini saya akan membahas tentang adat Uapacara Pernikahan adat sunda :
Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini :
1 . Nendeun Omong. 
Yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria yang berminat mempersunting seorang gadis. Pihak orang tua laki-laki biasanya bertamu kepada calon besan (pihak orang tua perempuan). Berbincang dalam suasana santai penuh canda tawa, sambil sesekali diselingi pertanyaan yang bersifat menyelidiki status anak perempuannya apakah sudah ada yang melamar apa belum (belum punya pacar)
Pihak orang tua (calon besan) pun demikian dalam menjawabnya penuh dengan benyolan penuh dengan siloka
Walapun sudah sepakat diantara kedua orang tua itu, pada jaman dahulu kadang-kadang anak-anak mereka tidak tahu.
Di beberapa daerah di wilayah pasundan kadang-kadang ada yang menggunakan cara dengan saling mengirimi barang tertentu. Seperti orang tua anak laki-laki mengirim rokok cerutu dan orang tua anak perempuan mengerti dengan maksud itu, maka apabila mereka setuju akan segera membalasnya dengan mengirimkan benih labu siam (binih waluh siam). Dengan demikian maka anak perempuannya itu sudah diteundeunan omong (disimpan ucapannya).

2 . Lamaran ( narosan ). 
Tahap melamar atau meminang ini sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Proses ini dilakukan orang tua calon pengantin keluarga sunda dan keluarga dekat. Hampir mirip dengan yang pertama, bedanya dalam lamaran, orang tua laki-laki biasanya mendatangi calon besannya dengan membawa makanan atau bingkisan seadanya, membawa lamareun sebagai simbol pengikat (pameungkeut), bisa berupa uang, seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan lainnya, sebagai tali pengikat kepada calon pengantin perempuannya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang baik untuk melangsungkan pernikahan.
3 . Tunangan. 
Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
4 . Seserahan (3 – 7 hari sebelum pernikahan).
Biasanya pihak calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain.
Seminggu atau 3 hari menjelang peresmian pernikahan, di rumah calon mempelai berlangsung sejumpah persiapan yang mengawali proses pernikahan, yaitu Ngebakan atau Siraman. Berupa acara memandikan calon pengantin agar bersih lahir dan batin, acara berlangsung siang hari di kediaman masing-masing calon mempelai. Bagi umat muslim, acara ini terlebih dahulu diawali dengan pengajian. Tahapan acara siraman adalah:

Ngecagkeun Aisan. Calon pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis digendong oleh sang ibu, sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman. Upacara ini dilaksanakan sehari sebelum resepsi pernikahan, sebagai simbol lepasnya tanggung jawab orang tua calon pengantin. Alat - alat yang digunakan:
Palika atau pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini mengandung makna yaitu rukun iman dan jumlah hari dalam seminggu
Kain putih, yang mengandung makna niat suci
Bunga tujuh rupa, mengandung makna bahwa perilaku kita, selama tujuh hari dalam seminggu harus wangi yang artinya baik.
Bunga hanjuang, mengandung makna bahawa kedua calon pengantin akan memasuki alam baru yaitu alam berumah tangga.
Langkah-langkah upacara ini adalah:
Orang tua calon pengantin perempuan keluar dari kamar sambil membawa lilin/ palika yang sudah menyala,
Kemudian di belakangnya diikuti oleh calon pengantin peremupan sambil dililit (diais )oleh ibunya.
Setelah sampai di tengah rumah kemudian kedua orang tua calon pengantin perempuan duduk dikursi yang telah dipersiapkan
Untuk menambah khidmatnya suasana biasanya sambil diiring alunan kecapi suling dalam lagu ayun ambing.
Ngaras, Permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki kedua orangtua pelaksanaan upacara ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun aisan. Pelaksaannya sebagai berikut:

Calon pengantin perempuan bersujud dipangkuan orang tuanya sambil berkata:

Ema, Bapa, disuhunkeun wening galihnya, jembar
manah ti salira. Ngahapunteun kana sugrining kalepatan sim abdi. Rehing dina dinten enjing pisan sim abdi seja nohonan sunah rosul. Hapunten Ema, hapunten Bapa hibar pangdu’a ti salira.”

Orang tua calon perempuan menjawab sambil mengelus kepala anaknya:

“Anaking, titipan Gusti yang Widi. Ulah salempang hariwang, hidep sieun teu tinemu bagja ti Ema sareng ti Bapa mah, pidu’a sareng pangampura, dadas keur hidep sorangan geulis”

Selanjutnya kedua orang tua calon pengantin perempuan membawa anaknya ke tempat siraman untuk melaksanakan upacara siraman.
Pencampuran air siraman. Kedua orangtua menuangkan air siraman ke dalam bokor dan mengaduknya untuk upacara siraman.
Siraman. Diawali musik kecapi suling, calon pengantin wanita dibimbing oleh perias menuju tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman calon pengantin wanita dimulai oleh ibu, kemudian ayah, disusul oleh para sesepuh. Jumlah penyiram ganjil; 7, 9 dan paling banyak 11 orang. Secara terpisah, upacara yang sama dilakukan di rumah calon mempelai pria. Perlengkapan yang diperlukan adalah air bunga setaman (7 macam bunga wangi), dua helai kain sarung, satu helai selendang batik, satu helai handuk, pedupaan, baju kebaya, payung besar, dan lilin.

Pelaksanaan upacara siraman seperti berikut:

Sesudah membaca doa, Ayah calon pengantin langsung menyiramkan air dimulai dari atas kepala hingga ujung kakunya. Setelah itu diteruskan oleh Ibunya sama seperti tadi. Dan dilanjutkan oleh kerabat yang harus sudah menikah.

Pada siraman terakhir biasanya dilakukan dengan malafalkan jangjawokan (mantra) seperti berikut:

cai suci cai hurip
cai rahmat cai nikmat
hayu diri urang mandi
nya mandi jeung para Nabi
nya siram jeung para Malaikat
kokosok badan rohani
cur mancur cahayaning Allah
cur mancur cahayaning ingsun
cai suci badan suka
mulih badan sampurna
sampurna ku paraniam

Potong rambut atau Ngerik. Calon mempelai wanita dipotong rambutnya oleh kedua orangtua sebagai lambing memperindah diri lahir dan batin. Dilanjutkan prosesi ngeningan (dikerik dan dirias), yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg, dan kembang turi.Perlengkapan yang dibutuhkan: pisau cukur, sisir, gunting rambut, pinset, air bunga setaman, lilin atau pelita, padupaan, dan kain mori/putih. Biasanya sambil dilantunkan jangjawokan juga:

Peso putih ninggang kana kulit putih
Cep tiis taya rasana
Mangka mumpung mangka melung
Maka eunteup kana sieup
Mangka meleng ka awaking, ngeunyeuk
seureuh

Rebutan Parawanten. Sambil menunggu calon mempelai dirias, para tamu undangan menikmati acara rebutan hahampangan danbeubeutian. Juga dilakukan acara pembagian air siraman.
Suapan terakhir. Pemotongan tumpeng oleh kedua orangtua calon mempelai wanita, dilanjutkan dengan menyuapi sang anak untuk terakhir kali masing-masing sebanyak tiga kali.
Tanam rambut. Kedua orangtua menanam potongan rambut calon mempelai wanita di tempat yang telah ditentukan.

5 . Ngeuyeuk seureuh ( Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
Pandangan hidup orang Sunda senantiasa dilandasi oleh tiga sifat utama yakni silih asih, silih asuh, dan silih asahatau secara literal diartikansebagai saling menyayangi, saling menjaga, dan mengajari. Ketiga sifat itu selalu tampak dalam berbagai upacara adat atau ritual terutama acara ngeuyeuk seureuh. Diharapkan kedua calon pengantin bisa mengamalkan sebuah peribahasa kawas gula jeung peuet (bagaikan gula dengan nira yang sudah matang) artinya hidup yang rukun, saling menyayangi dan sebisa mungkin menghindari perselisihan. Tata cara Ngeuyeuk Sereuh:
·         Nini Pangeuyeuk memberikan 7 helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua calon mempelai. Sambil duduk menghadap dan memegang ujung-ujung benang, kedua mempelai meminta izin untuk menikah kepada orangtua mereka.
·         Pangeuyeuk membawakan Kidung berisi permohonan dan doa kepada Tuhan sambil nyawer (menaburkan beras sedikit-sedikit) kepada calon mempelai, simbol harapan hidup sejahtera bagi sang mempelai.
·         Calon mempelai dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, diiringi nasihat untuk saling memupuk kasih sayang.
·         Kain putih penutup pangeuyeukan dibuka, melambangkan rumah tangga yang bersih dan tak ternoda. Menggotong dua perangkat pakaian di atas kain pelekat; melambangkan kerjasama pasangan calon suami istri dalam mengelola rumah tangga.
·         Calon pengantin pria membelah mayang jambe dan buah pinang. Mayang jambe melambangkan hati dan perasaan wanita yang halus, buah pinang melambangkan suami istri saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri. Selanjutnya calon pengantin pria menumbuk alu ke dalam lumping yang dipegang oleh calon pengantin wanita.
·         Membuat lungkun, yakni berupa dua lembar sirih bertangkai berhadapan digulung menjadi satu memanjang, lalu diikat benang. Kedua orangtua dan tamu melakukan hal yang sama, melambangkan jika ada rezeki berlebih harus dibagikan.
·         Diaba-abai oleh pangeuyeuk, kedua calon pengantin dan tamu berebut uang yang berada di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rezeki dan disayang keluarga.
·         Kedua calon pengantin dan sesepuh membuang bekas ngeuyeuk seureuh ke perempatan jalan, simbolisasi membuang yang buruk dan mengharap kebahagiaan dalam menempuh hidup baru.
·         Menyalakan tujuh buah pelita, sebuah kosmologi Sunda akan jumlah hari yang diterangi matahari dan harapan akan kejujuran dalam mebina kehidupan rumah tangga.

Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon pengantin Pria datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa mas kawin, biasanya juga membawa peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah untuk menyimpan beras). Di daerah Priangan, susunan acara upacara akad nikah biasanya sebagai berikut:

Upacara Prosesi Pernikahan

1 . Pada hari pernikahan, Penjemputan calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita,calon pengantin pria beserta para pengiring menuju kediaman calon pengantin wanita, disambut acara Mapag Penganten yang dipimpin oleh penari yang disebut Mang Lengser,

2 . Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan.
Setelah pihak mempelai laki – laki tiba beserta rombongan biasanya diaadakan acara acara serah terima, yang susunan acaranya seperti berikut :
  • Pembukaan.
  • Penyambutan calon pengantin Pria, oleh pihak keluarga calon mempelai wanita
  • Penyerahan calon Pengantin Pria.
  • Yang mewakili pemasrahan calon pengantin pria biasanya adalah orang yang dituakan dan ahli berpidato.
  • Penerimaan calon mempelai pria oleh keluarga calon mempelai wanita, dan biasanya yang menerima dari perwakilan wanita juga diwakilkan.


3 . Akad nikah, biasanya di lakukan oleh petugas dari KUA, para saksi, dan pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.
4 . Sungkeman,
5 . Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
6 . Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.
Dalam upacara sawer ini tidaklah lepas dari simbol dan maksud yang hendak disampaikan kepada pengantin baru ini, seperti :

  • ·         beras yang mengandung symbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudah setelah berumah tangga pengantin bisa hidup makmur.
  • ·         uang recehan mengandung symbol kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus ikhlas berbagi dengan Fakir dan yatim.
  • ·         kembang gula, artinya mudah-mudah dalam melaksanakan rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah tangga.
  • ·         kunyit, sebagai symbol kejayaan mudah-mudahan dalam hidup berumah tangga bisa meraih kejayaan.

Kemudian semua bahan dan kelengkapan itu dilemparkan, artinya kita harus bersifat dermawan. Syair-syair yang dinyanyikan pada upacara adat nyawer adalah sebagai berikut :

KIDUNG SAWER

Pangapunten kasadaya
Kanu sami araya
Rehna bade nyawer heula
Ngedalkeun eusi werdaya
Dangukeun ieu piwulang
Tawis nu mikamelang
Teu pisan dek kumalancang
Megatan ngahalang-halang
Bisina tacan kaharti
Tengetkeun masing rastiti
Ucap lampah ati-ati
Kudu silih beuli ati
Lampah ulah pasalia
Singalap hayang waluya
Upama pakiya-kiya
Ahirna matak pasea

6 . Meuleum Harupat ( Membakar Harupat )
 Mempelai pria memegang batang harupat,pengantin wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang sudah menyala kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat kembali dan dipatahkan lalu di buang jauh jauh. Melambangkan nasihat kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam memecahkan persoalan dalam rumah tangga. Fungsi istri dengan memegang kendi berisi air adalah untuk mendinginkan setiap persoalan yang membuat pikiran dan hati suami tidak nyaman.

7 . Buka pintu. 
Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan. Dialog pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki seperti berikut ini :

KENTAR BAYUBUD

Istri : Saha eta anu kumawani
Taya tata taya bemakrama
Ketrak- ketrok kana panto

Laki-laki : Geuning bet jadi kitu
Api-api kawas nu pangling
Apan ieu teh engkang
Hayang geura tepung
Tambah teu kuat ku era
Da diluar seueur tamu nu ningali

Istri : Euleuh karah panutan

8 . Nincak Endog (Menginjak Telur) 

Yaitu Mempelai pria menginjak telur di baik papan dan elekan (Batang bambu muda), kemudian mempelai wanita mencuci kaki mempelai pria dengan air di kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua. Melambangkan pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.

9 . Ngaleupas Japati ( Melepas Merpati ) 

Yaitu Ibunda dari kedua mempelai berjalan keluar sambil masing masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan terbang di halaman. Melambang kan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.

10 . Huap Lingkung (Suapan) 

Yaitu Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orang tua. Dimulai oleh para Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda.
Kedua mempelai saling menyuapi, Tersedia 7 bulatan nasi punar ( Nasi ketan kuning ) diatas piring. Saling menyuap melalui bahu masing masing kemudian satu bulatan di perebutkan keduanya untuk kemudian dibelah dua dan disuapkan kepada pasangan .
Melambangkan suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.

11 . Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar). 

Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian pemandu acara memberi aba – aba , kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama. Melambangkan bahwa berapapun rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.

12 . Numbas. 

Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah. Upacara numbas mengandung maksud untuk memberi tahu kepada keluarga dan tetangga bahwa pengantin perempuan “tidak mengecewakan” pengantin laki-laki. Upacara numbas dilakukan dengan cara membagi-bagikan nasi kuning.



Dikutip : dari berbagai sumber

Selasa, 21 Januari 2014

Gondang Sunda

Seni gondang Sunda nya éta  anu mangrupa budaya sunda warisan ti karuhun anu kungsi kawentar sababaraha taun katukang. Gondang, mangrupa salasahiji kasenian  anu némbongkeun ciri masarakat agraris  pikeun ngungkarakeun rasa sukur ka Nu Maha Kawasa sabada panen. Biasana seni gondang buhun dipintonkeun jang sukuran kana hasil panen anu dihasilkeun. Mimitina ondang mangrupa bagéan tina upacara pikeun ngahormat ka Dewi Pare, Nyi Pohaci Sanghyang Sri, nalika nutu paré nu munggaran biasana disebut meuseul nysi sri, sabada panén lekasan salaku ungkapan rasa bungah, tapi ogé mangrupa hiji kasempetan jang nu ngarora pikeun meunangkeun papancangan. Anu sok ngagondang nya éta wanoja anu dianggap suci atawa nu geus teu menstruasi (menopause ).

Gondang nya éta kasenian anu prakprakana téh nakolkeun Haku kanaLisung, nutu Pare sabari ngahaleuang. Numutkeun Dana Dibrata mah gondang téh nya éta lagu dina tungtungan, ngagondang mah nya éta kakawihan dipirig ku tutunggulan; lagu ngagondang kadéngéna ngalengis, basa-basana muji PARE nu keur ditutu; ngagondang sok dilakukeun ku mojang-mojang bari mikat jajaka nu keur milih pipamajikaneun.Salahsahiji ciri gondang nya éta ayana kagiatan tutunggulan maké halu jeung lisung. “Tingtung tutunggulan gondang” hartina sora-sora anu kadéngé tina paaduna halu jeung lisung anu dipaénkeun ku sababaraha jalma, nepi ka ngahasilkeun sora-sora anu ‘polyponis

Anapon alat-alat nu dipaké nalika ngagondang nya éta lisung, halu, kacapi, kendang, goong, kohkol, jeung angklung buncis.
·         Lisung nya éta pakakas paranti nutu pare, dijieunna tina kai, liangna dua nya éta liang buleud jeung liang pasagi opat panjang
·         Halu nya éta parabot paranti nutu, dijieunna tina kai anu buleud.
·         Kacapi nya éta tatabeuhan anu sok dipaké ku tukang pantun atawa dina Tembang Cianjuran.
·         Kendang atawa gendang nya éta kendang gedé anu raraatna kénca-katuhu sarta pageuhna disambungkeun ku karawat jeung tengah-tengah kuluwungna saperti nu melendung.
·         Goong nya éta ngaran tatabeuhan dina gamelan,digantungkeuna dina gayor atawa kakanco ari disadana ditakol,sorana gung.
·         Kohkol atawa kohok ditakol nya éta kai atawa awi beunang noblongan panjang ka handap.
·         Angklung Buncis nya éta tatabeuhan tina awi ari nyoarana kudu digebeg-gebeg anu laguna lagu kacang buncis,.Cara maénkeuna ku sababaraha urang antay-antayan bari nyarekel angklung di kawihan.

Prakprakan nana nyaeta Sababaraha wanoja nutu pare maké halu kana lisung, tuluy sababaraha jajaka datang. Nalika paamprok antara jajaka jeung wanoja aya paguneman bari dihaleuangkeun bari silih heureuyan, anu tungtungna éta jajaka téh balikna sapasang-sapasang

Kentrung Hariring
ku: Nano S
Jajaka : 
Tamaha jadi LALAKI kudu bisa nyieun halu
Haluna haluna kuat lir beusi
Dipaké nutu dina lisung sorana angin-anginan
Ngelentrung matak nineung ka nyi mojang
Alah kentrung-kentrung aduh ramé pisan
Alah kawél-kawél aduh tapis pisan
Najan ramé teu pabeulit
Sukuna tara tikait
Najan ripuh teu rumahuh
Sumawona hahah-huhuh
Paling-paling aduh nyeri cangkeng
Alah kentrung-kentrung 2X
Jajaka 1:
Basa Nyi Éméh keur nutu ngalamun ka dagor halu
Huntuna murudul satilu-tilu
Jajaka2:
Basa Nyi Icih keur napi gubag-gibeg pasang aksi
Haluna teu pupuguh nyinteruk ceuli
Jajaka 3:
Nyi Ijah milihan serah katinggang lebaheun siah
Bareuhna melendung sagedé gajah
Jajaka 4:
Nyi Mumu gawéna kerung bangun anu nyeri beuteung
Gorobas logodor sagedé halu
Jajaka 5:
Nyi Ijur peuting ngalindur salaki dijieun halu
Anéhna salakina seuseurian
Jajaka :
hahahahahaha heuheuheuheuheuheu 2x
Jajaka 1:
Leuh euleuh tuh aya nyi mojang
Jajaka:
Cing mana?
Jajaka 2:
Duh meuni hejo
Jajaka:
Arék hejo arék koneng ka nyi mojang tetep hayang
Jajaka 1:
Mun kadieu rék kumaha?
Jajaka 2:
Acuh waé sabab butuh
Jajaka1 :
Leuwih hadé urang goda
Jajaka:
Akur pisan mending kitu
Jajaka:
Néng..Néng..Néng.....sora lonceng
Pastiiiiii éraeun
Nyi..nyi...nyi nyiruan tuh
Aduh lucu persis pragawa....teu akh
Wanoja :
Asa teu gugr teu angin jeung asa kamalinaan
Cunihin téh kaleuwihan siga nu kurang saeundan
Aya naon aya naon cing pék ngomong anu bener
Jajaka:
Manawi peryogi halu saé pisan kanggo nutu
Wanoja:
Tayoh pantes kapatutna sirah batu kawas halu
Jajaka:
Rumaos akang mah hipu kagaduh mung ukur halu
Wanoja:
Ngomong kalah beuki ngaco polah api-api bodo
Kami tetep henteu suka anjeun kudu tanggung jawab
Jajaka: Da manéh mimitina jadi saya katempuhan
Ari geus kieu kumaha ngomong...ngomong
Ieu kuring téh arisin-isin isin tuh isin ku lisung
Moal sakali-kali deui hah
Awas diwartoskeun ka abah
Hayoh nyuhunkeun dihapuntén
Sok sok da moal nanaon
Wanoja:
Kalakuan pangakalan kalakuan panipuan
Kalakuan teu uyahan kahayangna diwawuhan
Jajaka:
Kadangu henteu tuh anjeuna bendu socana meuni baruleud
Ayeuna kieu da manéh nu boga dosa manéh nu tanggung jawabna
Wanoja:
Pastiiiiiii éraeun...!!!!
Jajaka:
Enyaaaaaa..
Wanoja 1:
Kami mah jadi kaduhung geus nyarékan leuwih teuing
Sok sieun raheut haténa ngaganggu kana jiwana
Wanoja 2:
Lalaki kitu kuduna supaya kapok jadina
Sabab mun terus diantep boga rasa ieuh aing
Wanoja 3:
Tapi mun ngukur dosana bet asa teu sabaraha
Kumaha atuh jadina sangkan teu goréng ahirna
Wanoja 4:
Halu dipaké gantina nurutan cara manéhna
Urang paké tutunggulan ciri urang sauyunan
Wanoja:
Akur...akur.. nu goréng lain jalmana
Tapi kalakuanana hayu rawatan ayeuna
Jajaka:
Tah kitu alus diurus ti leuleutik geus gedé mulang tarima
His naha kitu teu kedah isin-isin teraskeun..teraskeun
Wanoja:
Da manéh mimitina jadi kami katempuhan
Henteu kudu sindir sampir ngomong ngomong
Aéh-aéh bet ngabetem awas moal dipasihan
Jajaka: Apeum
Wanoja:
Kadangu henteu tuh anjeuna surti kiceupna siga kaleci
Éta kelencina moal kabur
Nya ceuk kami ogé mun daria pék balaka
Jajaka:
Isiiiiin kénéh
Jajaka 1:
Cing halu kuring contoan
Jajaka:
Mimitina wéh
Jajaka 3 : 
Sayang cantik-cantik pada tuli
Telinganya mungkin kelebihan gizi
Sayang kalau mungkin di operasi
Telinganya lucu seperti kelinci
Jajaka 2:
Halo halo nyi Omoh nih??
Ok..ok..ok ak ok ey ok ak ok ey
Salam sayang buatmu seorang
Cup cup cup a ji no mo to
Heu..euh heu..euh heu..euh dah Omoh
Apa? kang Ibro?
Ada sebentar yah
Jajaka 4:
Halo-halo saya Ibro nih
Slamat subuh
Oh...nyi Ijur nih?
Halo...<jur>
Apa kabar...<jur>
Ah engga...<jur>
Makan tebu...<jur>
Halo halo haloooooooowwww
Jajaka :
Cantél yuk?
Jajaka:
Upamina ieu mah nu paséa wawuh deui cing kedah dikumahakeun?
Wanoja :
Ditaros
Jajaka:
Upamina ieu mah hoyong teras silih asih cing kedah dikumahakeun?
Wanoja:
Ditarosan
Upamina ieu mah ditarosan pareng kersa cing kedah dikumahakeun?
Jajaka:
Di keleketek
Akang mah geus pageuh jangji
Moal boga pamajikan
Iwal ka anu sahiji
Anu meulit dina ati
Wanoja:
Leuh euleuh euleuh
Na saha téa?
Jajaka:
Sanés sasaha kapan salira
Wanoja: Duka atuh?
Jajaka :
Akang cinta
Wanoja:
Ngémut heula
Jajaka:
Kedah kersa
Wanoja:
Lamun henteu
Jajaka:
Kedah mangga
Wanoja:
Lamun mangga
Jajaka:
itu dia
Jajaka & wanoja:
Deungkleung déngdék deungkleung
Deungkleung déngdék deungkleung

Wanoja:
Lamun moal daék
Jajaka:
Akang ngélékéték
wanoja:
Lamun abdi daék
Jajaka :
Kulan
wanoja: 
Daék
Jajaka :
Kulan
wanoja:
Daéék
Jajaka :
Kulan
wanoja:
Daéééééééékkk
Jajaka:
Akang ngaréngkénék
Wanoja:
Kadénya ulah ngabohong
Jajaka:
His moal
Wanoja:
Kadénya tong mangnyerikeun
Jajaka :
His moal
wanoja:
Kadénya midua hate
Jajaka:
Moal
Wanoja:
Kadénya sing nyaah pisan
Jajaka :
Moal
Jajaka :
Badé..badéééé..badéééééééé



Contoh Lain Naskah Gondang

Naskah Gondang Sunda

Rajah : Ampun sampurasun
Pun ampun paralun
Teudeun di handeuleum sieum
Tunda di hanjuan siang
Sampeureun cokoteun
Na mangsa nu ninggang dating

Sampurasun nu di manggung
Di buana bale puhun
Indung aing sri ranghyang, ranghyang…….
Nu dangiangan.....
Neda sanghyang dangiang......
Neda rahayuning ambu...

Pun ampun paralun
Kabatara ka batari
Kabatara jagat nata
Ka batari danghyang sri
Neda pangjaring apsari
Panjaring wibawa mukti

Lagu Ninun : Dina iuh iuh tanjung
Dina kalangkang katapang, deuh....
Mojang karumpul ngariung
Nyangking halu rek ngagondang
Heunteu eureun sukan-sukan
Di pirig kacapi suling

Gentrung lisung nu ngagondang
Sada ketuk sada kendang , deuh ...
Trang tring trung tarutunggulan
Sora lisung nu ngagondang
Tolokprang tolokprang torolok lor kolomprang

Duh seuyang seuyang duh seuyang 2X
Duh seuyang seuyang duh seuyang

BARUDAK JAJAKA DARATANG BARI KARAKAWIHAN

Jajaka :
durirang duraring hahariringan 2X
Gandang ngalengkahna
Ginding ngagedigna
Siga menak pajajaran

Caang bulan narawangan
Alam padang lenglang taya aling-aling
Hawar-hawar sora lisung tutunggulan
Moa boal para mojang keur ngagondang
Hayu batur urang pada sukan-sukan
Rang cacapkeun meungpeung aya kasempetan
Urang ngintip mojang lenjang
Nu garinding keut ngagondang

Mojang :
deungkleung dengdek-deungkleung dengdek
Buah kopi buah kopi raranggeuyan

Jajaka :
- tah nu eta anu pendek anu dewek
- nu kuring mah tuh nu itu anu jangkung
- nu uingmah tuh nu itu anu lenjang
- pang sisina etamah bagean kuring
- kuring mah kajen sesana nu ceutik bulu socana

Mojang :
malan ini malati ligar di taman
Aduh sayang keumbangnya tak kunjung datang

Jajaka :
oh rembulan jangan risau jangan bimbang
Ada madu pasti si kumbang datang

Mojang :
bukan rindu ya tuan bukannya bimbang
Rindu dinda tak karuan
Bukan tuan yang kuharap kan menjelang
Satria dari kahyangan aduh lita hiraukan

Jajaka :
daek milih ka kakang perjaka desa
Duh banyak hartanya tak terkira

Mojang :
Tak percaya rayuan pemuda
Pemuda jaman sekarang bicara sembarang gampang
Katanya abang cinta bersumpah abang sayang
Padahal nyatanya mata keranjang

Jajaka :
Duh teungteuingeun nampik teh sapajodogan
Kalau dinda tidak cinta di hati masih terkenang

Mojang + Jajaka :
solali-lali solali-lali solali solali
Wau wau waeng

Jajaka :
asana mah ka uing mustahil nampik
Duh dapat garansi tak beristri

Mojang :
Tak percaya mulut laki-laki
Biasa mulut berjanji di rumah beranak istri
Katanya anak muda gaya masih jajaka
Padahal cucunya sudah lima

Jajaka :
Duh bukan cucu itu mah anaknya anak
Abang sumpah berani mati belum kawin dua kali

Mojang  + Jajaka :
Solali lali 2 x solali solali wau wau waeng

Jajaka :
Dinda kan ku puja spanjang masa
Mojang :
Tidak !
Jajaka :
Ka ku sunting bak sekuntum bunga
Mojang :
Jangan !
Jajaka : 
Mari dinda
Mojang :
Tidak !
Jajaka :
Oh mari rembulan
Mojang :
Jangan !
Jajaka :
Mari.....mari
Mojang :
Tidak !
Jajaka :
Mari kita pulang
Mojang :
Jangan!

Mojang :
Kami berjanji2x walaupun di rantau orang
Kandaku selalu dalam kenangan

Jajaka :
Kaso pondok kaso panjang
Kaso ngaroyom ka jalan
Sono mondok sono nganjang
Sono patepang di jalan

Mojang :
Ulah sok arancin teuing
Bisi engke ngabegengan
Lalaki ulah cunihin
Bisi engke di baeudan

Jajaka :
kaliki daun caringin
Tangkal suren baruahan
Lalaki pantes cunihin
Ngarah balik babawaan

Jajaka :
Yu batur urang ulin ka nanggorek
Mojang :
Ah embung sieun balik muru poek
Jajaka :
Keun bae ambeh seubeh ngeleketek
Mojang :
Leketek embung sieun bareh kelek

Jajaka :
Yu batur urang ulin kananggerang
Mojang :
Ah embung sieun balik muru beurang
Jajaka :
keun atuh ambeh umur urang panjang
Mojang :
Nu panjang Nini Aki balangantrang

Mojang :
Yu Batur urang reureuh bari ulin
Jajaka :
Ah embung balikna sok menta samping
Mojang :
 Keun atuh didinya mah daberehan
Jajaka :
Leuh eulueh aya mojang pangarahan

Jajaka :
Yu batur urang reureuh bari ngopi
Mojang :
ah embung didinya geus aki-aki
Jajaka :
Piraku pan sakieu jagjag keneh